Assalamualaikum,
Tes keperawanan pernah menjadi pro-kontra dalam masyarakat dunia. Memang sulit bagaimana cara paling arif dalam menanggapi tes keperawanan ini. Sebab itulah kali ini Ajaibbinladden akan memberikan mitos dan fakta ditengah perdebatan tentang tes keperawanan.
Silahkan disimak!
Itulah tadi beberapa mitos dan fakta yang telah ane kumpulkan perihal tes keperawanan. Kalau ada tanggapan, boleh loh ditulis di kolom komentar. ^^
Baca Juga: 9 Hal yang Bikin Makin Mesra Dengan Pasangan :-*
Tes keperawanan pernah menjadi pro-kontra dalam masyarakat dunia. Memang sulit bagaimana cara paling arif dalam menanggapi tes keperawanan ini. Sebab itulah kali ini Ajaibbinladden akan memberikan mitos dan fakta ditengah perdebatan tentang tes keperawanan.
Silahkan disimak!
Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan
Mitos:
Ini dimaksudkan agar perempuan menjaga betul keperawanannya
sebagai sesuatu yang mutlak dan tak boleh diganggu-gugat, sebelum adanya ikatan
pernikahan. Jadi bisa dibilang tes ini bertujuan “demi dan untuk” kepentingan
perempuan itu sendiri.
Fakta:
Ya ampun, jelas-jelas ini diskriminasi terhadap kaum wanita.
Pastikan juga, kalau agan dengar alasan seperti dipaparkan dalam mitos di atas,
maka yakinilah kalau itu bull-shit. Tidak
ada hubungannya sama sekali.
Sebab, bila kita menghargai bagian pribadi seseorang wanita,
ya kita juga jangan ngutik-ngutik bagian
itu dengan alasan apapun, dong. Bahkan
walaupun yang mengeksekusi adalah seorang wanita juga. Ya, namanya juga barang pribadi.
Kalau tak ingin dikatakan diskriminasi, seharusnya buat juga
tes keperjakaan. Kedua tes ini bisa dibalut menjadi satu kesatuan dalam tes bertajuk
moralitas seksual, misalnya. Tak perlu juga mengusik bagian sensitif seseorang sebagai
indikator. Menurut saya, tes pertanyaan lisan dengan bantuan alat pendeteksi
kebohongan dan para psikolog, sudah cukup untuk mengetahui bagaimana moral seseorang
menyangkut penjagaan terhadap kelaminnya.
Ditentukan Oleh Selaput Dara
Mitos:
Selaput Dara yang robek mengindikasi bahwa perempuan
tersebut sudah tidak perawan lagi.
Fakta:
Para praktisi kedokteran mengatakan bahwa selaput dara
sebenarnya berbentuk seperti bunga, memiliki kelopak-kelopak, dan bisa rusak
atau robek bukan hanya karena penetrasi penis atau benda tumpul lain yang masuk
ke dalam vagina.
Seksolog, ginekolog, maupun para dokter memberikan
pernyataan bahwa aktivitas olahraga yang terlalu ekstrim, seperti senam, bahkan
bersepeda terlalu lama pun bisa merusak selaput dara. Sebaliknya, ada pula
jenis selaput dara wanita yang terlalu tebal dan sulit untuk rusak walaupun
sudah melakukan hubungan seks beberapa kali.
Sebab itulah validitas mengetahui keperawanan wanita lewat selaput
dara punya kemungkinan yang kecil. Para ahli forensik dan dokter ahli dalam
membuktikan adanya penetrasi seksual pun, lebih mempercayakan validitasnya pada
“ada tidaknya cairan asing” seperti sperma yang ditemukan di dalam vagina.
Bukan melihat rusak tidaknya selaput dara.
Identifikasi Moral
Mitos:
Hilangnya selaput dara dan keperawanan adalah indikator
kebejatan moral seorang wanita.
Fakta:
Mungkin bisa jadi seperti itu. Tetapi itu hanya satu dari
berpuluh-puluh kemungkinan yang sebenarnya lebih kuat.
Misalnya begini, saya berani membuktikan secara ilmiah kalau
memang diminta, tetapi saya masih percaya, kemungkinan seorang wanita
kehilangan keperawanannya (sebelum resmi menikah) hanya ada tiga: Sama-sama
suka (dengan kekasih), Paksaan kekasih, dan pergaulan yang terlalu bebas.
Sialnya, dari ketiga kemungkinan tersebut, peran lelaki
justru lebih dominan.
Kampretnya lagi, tidak ada yang bisa membuktikan kebejatan
moral seorang lelaki kalau dia ini perjaka atau tidak dengan tes fisik. Sebab
itulah saya mendukung tes psikologi dengan bantuan para psikolog dan alat pendeteksi
kebohongan untuk menentukan moralitas seseorang.
Itupun kalau memang benar-benar wajib dibutuhkan dalam
sebuah instansi besar baik pemerintahan maupun non-pemerintah. Bukan hanya
dalih untuk menyaring wanita saja.
Selaput Dara Robek dan Seks Pertama
Mitos:
Tes keperawanan menyimpulkan, selaput dara yang robek
merupakan hasil dari hubungan seksual “haram” yang pernah dilakukan, walaupun
hanya sekali.
Fakta:
Seperti sudah disebutkan di atas, ada beberapa kemungkinan.
Yaitu rusak walaupun tanpa pernah berhubungan seksual, atau sebaliknya pernah
berhubungan seks dan tidak rusak.
Lagipula dalam hubungan intim antar pasangan saja, rasa
saling percaya merupakan kuncinya, bukan keperawanan (Walaupun ada juga lelaki yang
menjadikan ini syarat utama). Lelaki bisa memaklumi seorang wanita yang
dicintainya tidak perawan lagi asalkan ada kejujuran, keterbukaan, dan alasan
yang jelas.
Alhasil, di luar masalah keperawanan dan seks, fungsi
selaput dara ini sebenarnya abstrak. Selaput dara menjadi penting, disebabkan nilai
sosial yang dibangun masyarakat untuk membangun nilai-nilai kepercayaan
tertentu.
Tes Keperawan Menggunakan Dua Jari
Mitos:
Cara mengetes keperawanan yang paling sederhana, adalah dengan
memasukkan dua jari telunjuk dan jari tengah bersamaan ke liang vagina. Bila
jari tidak bisa masuk secara sempurna, berarti wanita tersebut masih perawan.
Fakta:
Cara ini benar-benar tidak masuk akal secara ilmiah.
Hubungannya dengan kerapatan vagina akan dijelaskan lebih detail di bagian
terakhir.
Bahkan saya bisa menyebut, tes keperawanan dengan cara memasukkan
dua jari ke vagina ini justru yang merupakan perlakuan yang tidak bisa
dibenarkan secara moral.
Secara medis, ada alat untuk memeriksa liang vagina secara
khusus yang bernama spekulum. Alat ini berfungsi untuk sedikit membuka liang
vagina, kemudian memungkinkan dokter atau perawat melihat bagian selaput dara
pasien tes keperawanan. Walaupun seperti diungkap di atas, validitasnya tidak
tinggi.
Spekulum vagina |
Indikasi “Vagina Rapet” Hanyalah Milik Perawan
Mitos:
Tes keperawanan mensyaratkan vagina yang masih sempit
sebagai indikator utama.
Fakta:
Bisa tanyakan pada dokter di seluruh dunia. Sempitnya lubang
vagina adalah akibat dari kontraksi otot panggul. Bahkan ketika seorang wanita
merasa cemas, secara otomatis mengencangkan otot dasar panggulnya. Terutama
bila berhubungan seks.
Sebab itulah para dokter menganggap sempitnya vagina wanita perawan,
faktor terbesarnya disebabkan oleh perasaan cemas menjelang pertama kali berhubungan
seksual. Nah, jadi sebenarnya kalau “tes kerapetan” dengan dua jari ini
dilaksanakan, wanita yang melatih otot panggul dan terlalu cemas, justru bisa
lolos dengan mudah. Hmmm, gimana deh tuh?
0 komentar:
Posting Komentar