Macam-Macam Tes Ajaib, di Sini Tempatnya!

Kamis, 21 Desember 2017

Pura-pura Sakit Itu Biasa, Pura-pura Kesurupan: Itu Baru Keren!




Assalamualaikum,


Dengan pura-pura kesurupan, saya bisa pastikan tidak akan ada Jaksa KPK yang berpikir untuk membawa dukun sebelum persidangan.


Melihat sidang kasus korupsi e-KTP terdakwa Papah Setya Novanto di PN Tipikor, Rabu (13/12/2017) kemarin, rasanya kok seperti mendengarkan sepasang kekasih yang sedang ribut di acara nikahan teman, ya? Senyap di tengah keramaian, gitu.

Ceritanya si cewek ini sudah kebelet nikah, tapi si cowok sedang ingin menikmati masa mudanya dulu. Duh, berat. Saya yakin, tipe cowok inilah yang sanggup memahami perasaan Yang Mulia Hakim Yanto yang berjam-jam dicuekin, berasa seperti ngobrol dengan tembok.

“Sayang, kamu kenapa?” kata si cowok. 

Hening.

“Kamu pengen nikah ya?”

Masih hening.

“Benar nama anda Siti? Lahir di Bandung? Umur 23 tahun?”

Eh, si cewek tiba-tiba minta izin ke toilet. Diare katanya. Tapi dalam lubuk hatinya yang terdalam, si cewek menggerundel: huh, dasar cowok nggak peka!

***

Barangkali itu pula yang dirasakan Papah Setnov dalam persidangan kemarin. “Saya ini sedang sakit, kok nggak ada yang peka, sih!” mungkin itu isi pikiran beliau, sehingga suasana persidangan jadi diselimuti awan keheningan. Kasihan.

Lebih kasihan lagi, Papah Setnov justru dianggap berpura-pura sakit oleh para JPU (Jaksa Penuntut Umum). Jaksa Irene Putri seperti sudah berpikir selangkah lebih maju. Sudah menyiapkan dokter jauh sebelum diminta, tahu juga kalau ternyata Papah Setnov sebenarnya tidak bolak-balik ke toilet dua puluh kali pada malam sebelum persidangan. Tapi hanya dua kali pada pukul sebelas dan pukul dua tiga puluh pagi. Kemudian sembari tersenyum beliau berkata, “Kami memikmati apa yang dilakukan terdakwa. Dan skenario yang dilakukan terdakwa sudah kami pikirkan sebelumnya.”

Sedap!

Tuh, kurang perhatian apa coba? Wajarlah kalau Papah Setnov dianggap melakukan malingering oleh banyak pihak.

Hah, malingering? Penyakit apa itu? Apakah ini semacam penyakit yang hanya diderita oleh para maling?

Oh, tentu saja bukan. Malingering adalah penyimpangan perilaku seseorang yang dengan sadar membuat gejala palsu untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Seperti mendapatkan obat, menghindari hukum, mendapatkan tempat penginapan, dll. Di samping keluhan fisiknya, mereka biasanya mengelak dan tidak kooperatif selama pemeriksaan, atau pengobatan, dan mereka menghindari prosedur medis. Itu yang saya baca dari Buku Saku Psikiatri karya David A Tomb.

Belum lagi kalau ditambah paparan seorang psikolog forensik, Reza Indragiri yang saya lihat lewat mas Yousube. Beliau mengungkapkan bahwa modus malingering ini memang terbukti ampuh dan telah dibuktikan dengan data statistik. Dari sekian banyak terdakwa yang diduga malingering, hanya tujuh belas persen yang sanggup dibongkar kebohongannya oleh Majelis Hakim. Pantas saja, dengan begitu, predikat “jago akting” pun bakal jadi julukanmu sekarang, pah.

Tapi kalau saya sendiri, tidak pernah bilang kalau Papah Setnov itu pura-pura sakit, loh. Hanya merasa aneh saja. Ngakunya mencret, tapi kok malah tidak bisa ngomong. Ini hubungannya apa ya?

Saya ini sudah berkali-kali menceret semasa hidup, dan silahkan tanyakan pada setiap orang yang pernah menceret juga. InsyaAllah sependapat. Dimana-mana, orang menceret itu justru ngomong lebih lancar, cepat, dan malah terasa lebih bersemangat dari orang yang sehat! Percayalah. Contohlah begini:

“Benar nama anda Setya Novanto?”

“Yak!”

“Umur 62 tahun?”

“Tul!”

“Lahir di Bandung, tang...”

“Aduh, cepetan dong! Saya mau ke toil...!” seketika sebuah suara PRETT terdengar begitu keras, disusul bau menyengat menyelimuti ruang sidang, “AHH. SAYA SUDAH KECEPIRIT, NIH!!!”

Itu baru namanya mencreters sejati.

Jadi kalau boleh saya simpulkan, ternyata Papah Setnov itu masih newbie masalah mencret-memencret. Padahal tadinya saya sempat kagum juga. Saya kira para pejabat itu cuma bisa terkena penyakit elit macam stroke, diabetes, jantungan, dan sudah kebal dengan penyakit kelas bawah. Ya, seperti menceret ini.

***

Sebab itulah kalau saya boleh memberi saran pada Papah Setnov, janganlah pura-pura sakit, tetapi pura-puralah kesurupan. Pastilah jalannya sidang akan jauh lebih keren!

Saya sudah merenungkannya sejak lama. Sebenarnya banyak modus pura-pura lainnya untuk menghindari hukum dan jauh lebih efektif daripada pura-pura sakit. Ada modus pura-pura amnesia ala Fitri Tropica, ada juga pura-pura mati ngambang ala Raditya Dika.

Tapi, setelah dilihat-lihat lagi, modus pura-pura kesurupan ini sepertinya modus yang paling cocok deh, buat Papah Setnov. Sebab kata mbah saya, setan itu suka sama orang yang melamun terus. Nah, mirip sekali dengan Papah Setnov sewaktu sidang kemarin. Pasti Majelis Hakim bakal percaya!

Dengan pura-pura kesurupan pun, saya bisa pastikan tidak akan ada Jaksa KPK yang berpikir untuk membawa dukun sebelum persidangan. Sehingga ketika ditanya oleh Hakim:

“Benar anda Setya Novanto?”

“HRRMMM, BUKAN..... SAYA MBAH GONDRONGGG!!!”

Semua orang seketika kalap, sidang pun ditunda dengan begitu cepatnya. Dokter yang dipersiapkan JPU semuanya speechless karena kesurupan itu di luar kompetensi mereka. Nah, sukses kan, pah!

Simpel, efisien, tidak perlu memakan waktu belasan menit beserta sandiwara cuek ala ‘adek minta nikah’ segala. Para jamaah mas Yousube dan kreator meme pun tak perlu menghabiskan banyak kuota untuk bahan berkreativitas. Pokoknya semua pihak menang!

Saran terakhir saya buat papah Setnov, daripada meratapi diare, lebih baik buat diary saja, pah. Bisa berupa blog, atau sekalian channel vlog selama di rutan. Kalau berkirim surat terus dengan kolega di DPR, dijamin lama-lama pasti membosankan. Tapi kalau buat diary dan jumlah viewers-nya bisa menyamai orang-orang yang melihat video sidang Papah Setnov, pasti bakal lumayan banget, tuh pendapatan dari endorse dan iklan yang dihasilkan.


Alhasil, selamat berjuang untuk Papah Setnov. Ditunggu akting kesurupan di persidangan berikutnya!


Selasa, 12 Desember 2017

Mitos dan Fakta: Tentang Tata Cara Tes Keperawanan

Assalamualaikum,


Tes keperawanan pernah menjadi pro-kontra dalam masyarakat dunia. Memang sulit bagaimana cara paling arif dalam menanggapi tes keperawanan ini. Sebab itulah kali ini Ajaibbinladden akan memberikan mitos dan fakta ditengah perdebatan tentang tes keperawanan.

Silahkan disimak!

Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan


Mitos:

Ini dimaksudkan agar perempuan menjaga betul keperawanannya sebagai sesuatu yang mutlak dan tak boleh diganggu-gugat, sebelum adanya ikatan pernikahan. Jadi bisa dibilang tes ini bertujuan “demi dan untuk” kepentingan perempuan itu sendiri.

Fakta:

Ya ampun, jelas-jelas ini diskriminasi terhadap kaum wanita. Pastikan juga, kalau agan dengar alasan seperti dipaparkan dalam mitos di atas, maka yakinilah kalau itu bull-shit. Tidak ada hubungannya sama sekali.

Sebab, bila kita menghargai bagian pribadi seseorang wanita, ya kita juga jangan ngutik-ngutik bagian itu dengan alasan apapun, dong. Bahkan walaupun yang mengeksekusi adalah seorang wanita juga. Ya, namanya juga barang pribadi.

Kalau tak ingin dikatakan diskriminasi, seharusnya buat juga tes keperjakaan. Kedua tes ini bisa dibalut menjadi satu kesatuan dalam tes bertajuk moralitas seksual, misalnya. Tak perlu juga mengusik bagian sensitif seseorang sebagai indikator. Menurut saya, tes pertanyaan lisan dengan bantuan alat pendeteksi kebohongan dan para psikolog, sudah cukup untuk mengetahui bagaimana moral seseorang menyangkut penjagaan terhadap kelaminnya.

Ditentukan Oleh Selaput Dara


Mitos:

Selaput Dara yang robek mengindikasi bahwa perempuan tersebut sudah tidak perawan lagi.

Fakta:

Para praktisi kedokteran mengatakan bahwa selaput dara sebenarnya berbentuk seperti bunga, memiliki kelopak-kelopak, dan bisa rusak atau robek bukan hanya karena penetrasi penis atau benda tumpul lain yang masuk ke dalam vagina.

Seksolog, ginekolog, maupun para dokter memberikan pernyataan bahwa aktivitas olahraga yang terlalu ekstrim, seperti senam, bahkan bersepeda terlalu lama pun bisa merusak selaput dara. Sebaliknya, ada pula jenis selaput dara wanita yang terlalu tebal dan sulit untuk rusak walaupun sudah melakukan hubungan seks beberapa kali.

Sebab itulah validitas mengetahui keperawanan wanita lewat selaput dara punya kemungkinan yang kecil. Para ahli forensik dan dokter ahli dalam membuktikan adanya penetrasi seksual pun, lebih mempercayakan validitasnya pada “ada tidaknya cairan asing” seperti sperma yang ditemukan di dalam vagina. Bukan melihat rusak tidaknya selaput dara.


Identifikasi Moral


Mitos:

Hilangnya selaput dara dan keperawanan adalah indikator kebejatan moral seorang wanita.

Fakta:

Mungkin bisa jadi seperti itu. Tetapi itu hanya satu dari berpuluh-puluh kemungkinan yang sebenarnya lebih kuat.

Misalnya begini, saya berani membuktikan secara ilmiah kalau memang diminta, tetapi saya masih percaya, kemungkinan seorang wanita kehilangan keperawanannya (sebelum resmi menikah) hanya ada tiga: Sama-sama suka (dengan kekasih), Paksaan kekasih, dan pergaulan yang terlalu bebas.
Sialnya, dari ketiga kemungkinan tersebut, peran lelaki justru lebih dominan.

Kampretnya lagi, tidak ada yang bisa membuktikan kebejatan moral seorang lelaki kalau dia ini perjaka atau tidak dengan tes fisik. Sebab itulah saya mendukung tes psikologi dengan bantuan para psikolog dan alat pendeteksi kebohongan untuk menentukan moralitas seseorang.

Itupun kalau memang benar-benar wajib dibutuhkan dalam sebuah instansi besar baik pemerintahan maupun non-pemerintah. Bukan hanya dalih untuk menyaring wanita saja.

Selaput Dara Robek dan Seks Pertama


Mitos:

Tes keperawanan menyimpulkan, selaput dara yang robek merupakan hasil dari hubungan seksual “haram” yang pernah dilakukan, walaupun hanya sekali.

Fakta:

Seperti sudah disebutkan di atas, ada beberapa kemungkinan. Yaitu rusak walaupun tanpa pernah berhubungan seksual, atau sebaliknya pernah berhubungan seks dan tidak rusak.

Lagipula dalam hubungan intim antar pasangan saja, rasa saling percaya merupakan kuncinya, bukan keperawanan (Walaupun ada juga lelaki yang menjadikan ini syarat utama). Lelaki bisa memaklumi seorang wanita yang dicintainya tidak perawan lagi asalkan ada kejujuran, keterbukaan, dan alasan yang jelas.

Alhasil, di luar masalah keperawanan dan seks, fungsi selaput dara ini sebenarnya abstrak. Selaput dara menjadi penting, disebabkan nilai sosial yang dibangun masyarakat untuk membangun nilai-nilai kepercayaan tertentu.

Tes Keperawan Menggunakan Dua Jari


Mitos:

Cara mengetes keperawanan yang paling sederhana, adalah dengan memasukkan dua jari telunjuk dan jari tengah bersamaan ke liang vagina. Bila jari tidak bisa masuk secara sempurna, berarti wanita tersebut masih perawan.

Fakta:

Cara ini benar-benar tidak masuk akal secara ilmiah. Hubungannya dengan kerapatan vagina akan dijelaskan lebih detail di bagian terakhir.

Bahkan saya bisa menyebut, tes keperawanan dengan cara memasukkan dua jari ke vagina ini justru yang merupakan perlakuan yang tidak bisa dibenarkan secara moral.

Secara medis, ada alat untuk memeriksa liang vagina secara khusus yang bernama spekulum. Alat ini berfungsi untuk sedikit membuka liang vagina, kemudian memungkinkan dokter atau perawat melihat bagian selaput dara pasien tes keperawanan. Walaupun seperti diungkap di atas, validitasnya tidak tinggi.

Spekulum vagina

Indikasi “Vagina Rapet” Hanyalah Milik Perawan


Mitos:

Tes keperawanan mensyaratkan vagina yang masih sempit sebagai indikator utama.

Fakta:

Bisa tanyakan pada dokter di seluruh dunia. Sempitnya lubang vagina adalah akibat dari kontraksi otot panggul. Bahkan ketika seorang wanita merasa cemas, secara otomatis mengencangkan otot dasar panggulnya. Terutama bila berhubungan seks.

Sebab itulah para dokter menganggap sempitnya vagina wanita perawan, faktor terbesarnya disebabkan oleh perasaan cemas menjelang pertama kali berhubungan seksual. Nah, jadi sebenarnya kalau “tes kerapetan” dengan dua jari ini dilaksanakan, wanita yang melatih otot panggul dan terlalu cemas, justru bisa lolos dengan mudah. Hmmm, gimana deh tuh?



Itulah tadi beberapa mitos dan fakta yang telah ane kumpulkan perihal tes keperawanan. Kalau ada tanggapan, boleh loh ditulis di kolom komentar. ^^



                      Pria Lebih Suka Wanita Polos ^^)V

                 

Rabu, 06 Desember 2017

Tes Pendengaran dan Kesehatan Telinga Online

Assalamualaikum


Anda merasakan ada sesuatu yang salah dengan telinga anda? Atau hanya ingin coba-coba saja mengecek pendengaran apakah masih tajam atau tidak?

Semuanya boleh di sini karena tes dari Ajaibbinladden ini adalah tes umum yang boleh dilakukan siapa saja. Sama seperti tes kepribadian, kesehatan mata, ataupun psikologi yang sering disajikan di blog ini. ;)

Nah, pada postingan kali ini, cukup menarik sebab ternyata beberapa orang-orang terdekat yang ane kenal pun justru butuh tes-tes pendengaran semacam ini. Memang, walaupun tidak secanggih dan seakurat dengan audiometri (alat pengecek gangguan telinga), tetapi tes ini pun bisa menjadi alternatif untuk memastikan keresahan agan-agan sekalian.

Misalnya nih, adek ane dahulu waktu kecil pernah tenggelam di kolam renang. Alhamdulillah, tidak ada cidera yang terlihat. Tapi bertahun-tahun berlalu, dia ternyata merasakan perbedaan kemampuan mendengar di telinganya antara kiri dan kanan. Ane lupa tepatnya yang mana.

Ternyata setelah diperiksa ke dokter THT, benarlah! Ternyata di salah satu kupingnya itu ada semacam ingus segede jempol! (bekas kotoran tenggelam dulu yang mengeras dan selama periksa ditetes terus dengan cairan).

Nah itulah, kenapa tes ini pun cukup berguna bagi teman-teman yang memang ragu ingin memeriksa pendengarannya apakah normal, atau terganggu sedikit, atau berbeda, atau lain-lainya. Semoga bermanfaat. :)


TES PENDENGARAN

Yang harus disiapkan: - Headset atau earphone - Kecilkan suara laptop

Setelah itu, coba salah satu telinga terlebih dahulu yang dipasangi earphone supaya kita bisa mengetahui perbedaan keduanya. (Bila perbedaan tidak terlalu signifikan, itu bukan masalah. Biasanya kuping kiri memang lebih tajam dari yang kanan, gan... ;D)

Bila sudah siap, putar video di bawah ini dan lihat apakah telinga agan masih normal atau tidak.



Bagaimana? Apakah umur telingamu memang sesuai dengan umurmu sekarang? ;)

Share di comment box ya, kawan... ^^



Baca Juga: Tes Psikologi Cinta, Tipe Percintaan, dan Penjelasannya

                     Siapa berani pecahkan tes logika buatan Einstein ini!





sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com